Kelas Cerdas Online Bukuntukpapua #15.
18/8/2019
Moderator : Dayu Rifanto dan Mei Osok
Narasumber : Redy Kuswanto
**
Sebelum kita masuk lebih dalam tentang seluk-beluk cerita anak, saya akan sampaikan dulu beberapa hal. Yang pertama, kita cari tahu dulu apa itu cerita anak ya
* Cerita Anak
– Cerita untuk Anak
– Cerita Tentang Anak
– Cerita untuk Anak-Anak: Cerita yang memang dibuat untuk dibaca oleh anak-anak. Biasanya, ditulis oleh orang dewasa yang memahami kebutuhan anak. Memiliki kualitas penulisan yang baik dan mengandung pesan moral. (dua pesan moral: etika, kinerja). Tetapi cerita jenis ini bis ajuga dibuat oleh anak-anak
– Cerita Tentang Anak: Kisah tentang anak dan tidak selamanya bisa dikonsumsi oleh anak-anak. Bisa saja, dalam hal ini tokoh-tokohnya anak, tetapi konsumsi utamanya memang bukan anak (bisa umum)
pada dasarnya, bacaan anak juga beragam. tetapi karena siang ini bahasan kita hanya tentang cerita anak, kita fokuskan saja ke fiksi ya
Cerita fiksi terdiri dari:
1. Dongeng
– Dongeng Asal-Usul/Legenda/Mitos: Dongeng-dongeng berlatar asal-usul, entah itu suatu benda, tempat, atau suatu nama.
– Fairy Tale: Dongeng yang penuh dengan keajaiban. Misalnya penyihir baik yang memiliki mantra membuat hujan permen, peri mungil penjaga bunga, naga yang senang bermain air, dan lainnya.
– Fabel: Dongeng dengan tokoh-tokoh binatang yang bertingkah laku selayaknya manusia.
– Dongeng Kontemporer: berupa dongeng-dongeng modern yang banyak mengambil elemen-elemen cerita rakyat. (Makhluk astral)
** Literatur Amerika: tidak dikenal istilah dongeng. Cerita-cerita yang penuh keajaiban biasanya disebut sebagai fantasi, dan dibagi menjadi; soft fantasy, middle fantasy, hard fantasy.
– Soft Fantasy. Kadar fiksinya ringan. Tokoh manusia dan sedikit keajaiban. Akan ada tokoh-tokoh binatang, tetapi tidak bisa berdialog dengan manusia. :Charlot’s web
– Middle Fantasy. Kadar fiksinya mulai naik dibanding soft fantasy. Pada cerita ini, tokoh manusia dan binatang bisa saling berbicara. Kejadiannya masih di dunia. Ada banyak sihir dan keajaiban. Contoh “Alice in The Wonderland”, “Putri Salju” spiderwick
– Hard Fantasy. Merupakan tingkat fiksi tertinggi. Dalam cerita akan dibuat banyak makhluk yang tidak ada di dunia. Bahkan kadang membuat dunia sendiri, misalnya “Harry Potter”, “Narnia”, “Lord of the Ring”, Hobbit, dan lainnya.
2. Cerpen realis: cerita keseharian anak
– Ice Breaker (pemecah masalah): si tokoh mendapatkan masalah dan merasa bingung menyelesaikannya. Hingga ketemu seseorang yang memberi saran, lalu masalah pun selesai. :Nanny McPee
– Punishment (kena batunya/hukumn): si tokoh yang memiliki kebiasaan buruk, lalu sadar dari kesalahannya setelah mengalami peristiwa yang membuatnya mendapat pelajaran. :Ali Baba dan Kasim
– Kids Detective (detektif cilik): si tokoh menghadapi sebuah kasus kriminal ringan dan memecahkannya.: Misteri Kaus Kaki yang Hilang,
– Comedy (cerita jenaka): si tokoh yang mengalami kejadian lucu atau kejadian yang memalukan dirinya. (biasanya, punisment n komedi gabungan)
– Momentum: biasanya cerita diangkat dari kisah nyata pada momen-momen tertentu.
– Futuristic: setting waktu di masa datang. Kelebihannya, mengungkapkan kemajuan teknologi yang belum ada atau belum terwujudkan dan tidak terpikirkan pada masa sekarang.
3. Novel: untuk novel sudah jelas perbedaanya ya
**
Mau tanya kak,hal-hal apa yg perlu disiapkan sebelum menulis buku anak? Bgmana cara memilih kosakata yang tepat untuk buku anak?
Terimakasih
Rodia – Ruba Kairos Sorong
Jawaban :
Ketika kita akan menulis cerita anak, baik itu berupa buku atau hanya cerita, banyak hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Memahami Jenis Bacaan sesuai tingkatan
2. Menghadirkan ide
3. Menentukan Tokoh
4. Membuat Kerangka Tulisan
Point 1 : Kita musti paham dulu jenis bacaan akan dibuat untuk usia berapa. Nah, dalam tahap ini, kita bisa langsung memetakan. Biasanya, media atau lomba, akan sangat ketat menentukan kriteria ini, jadi tujuannya biar tulisan tetap sasaran
Point 2 : Menghadirkan ide, bisa dari:
– Pengalaman Pribadi
– Pengalaman Orang Lain
– Kejadin di Sekitar
– Referensi dari Luar
– Mimpi
– Imajinasi Sendiri
Point 3 : Menentukan tokoh.
Jujuannya agar tokoh yang kita ciptakan logis dan hidup. Tokoh juga berfungsi menggerakkan cerita.
* Dimensi Karakter
– Fisik:
– Internal: sifat
– Eksternal: lingkungan sekitar.
* Menghidupkan Tokoh
– Memasukkan dimensi karakter
– Memberi Nama Setiap Tokoh
Point 4 : Kerangka Tulisan.
Ini penting agar tulisan yang kita buat benar-benar berpola. Artinya, tidak asal jadi.
Kerangka tulisan juga berfungsi sebagai rel, agar ketika menulis nggak stuck di tengah-tengah
**
Pertanyaan 2 :
Tanya ya Kak…, sebaiknya cerita anak yang tipe mana dari sekian banyak yg td dijabarkan yang bisa memberikan pembelajaran dan contoh baik dan mudah diterima anak? (DAT – Sorong)
Jawab:
Semua jenis cerita bisa diaplikasikan. Kembali ke tujuan awal dulu, untuk siapa. Kalau anak suka fantasi, silakan ditulis cerita fantasi. Suka komedi, bisa juga disampaikan.
Satu yang harus kita ingat, cerita untuk anak harus ada nilai kebaikan yang sering kita bilang nilai moral, meski begitu, ada juga cerita yang dibuat sekadar untuk menghibur
penjelasan jenis cerita di atas tadi:
– Ice Breaker (pemecah masalah): si tokoh mendapatkan masalah dan merasa bingung menyelesaikannya. Hingga ketemu seseorang yang memberi saran, lalu masalah pun selesai. :Nanny McPee
– Punishment (kena batunya/hukumn): si tokoh yang memiliki kebiasaan buruk, lalu sadar dari kesalahannya setelah mengalami peristiwa yang membuatnya mendapat pelajaran. :Ali Baba dan Kasim
– Kids Detective (detektif cilik): si tokoh menghadapi sebuah kasus kriminal ringan dan memecahkannya.: Misteri Kaus Kaki yang Hilang,
– Comedy (cerita jenaka): si tokoh yang mengalami kejadian lucu atau kejadian yang memalukan dirinya. (biasanya, punisment n komedi gabungan)
– Momentum: biasanya cerita diangkat dari kisah nyata pada momen-momen tertentu.
**
Pertanyaan 3 :
Ada kah tips khusus saat brainstorming/pengumpulan pokok ide cerita, eh truss kita kadang tiba2 stuck dalam nemuin/lanjutin ide tuuh. nah kalau dipaksain, dari pengalaman saya pasti cerita kita seperti dipaksakan gtu/ tidak maksimal. Kadang saya dalam membuat writing sering bgtu. (Anjas – Jayapura)
Jawaban :
Dibuat kerangka dulu, Kak.
Tentukan awalan dan akhiran.
Menulis itu bisa kita analogikan membangun rumah. Nah, dalam membangun rumah, diperlukan adanya gambar/desain. Adanya peralatan dna bahan
Kalau sudah semua tersedia, pasti proses membangun rumah akan lancar kan?
Sama dengan menulis cerita, alat dan bahannya adalah: sinopsis, tabel karakter/penokohan dan outline/kerangka
kalau ini sudah dibuat secara baik, niscaya nggak akan ada namanya buntu atau stuck di tengah jalan. Yang sering membuat cerita nggak selesai-selesai itu, karena kita kekurangan alat dan bahan, maka menulis juga diperlukan adanya riset. Kumpulkan semua bahan yang diperlukan. Semuanya, nggak bisa hanya mengandalkan khayalan
Pertanyaan 4 :
Kak, ini mungkin Out of Topic : kalo misalkan kita sudah membuat cerita anak trus jalur publishnya gimana? (Indah – Genyem)
Jawaban :
Kita mau menulis untuk apa dulu, Kak?
– mau dibaca sendiri/kalangan sendiri
– dibulkukan
– dipublish di koran
kalau mau dibaca kalangan sendiri, cukup ditilis dan diprint
– Kalau mau dibukukan, ini ada dua jenis secara gais besar; penerbit mayor atau penerbit indie. Mayor adalah penerbit besar yang menerbitkan buku-buku dan dipasarkan di seluruh nusantara. Kalau indie, biasanya pemasarannya terbatas. Bisa juga membiayai sendiri/self publishing
sementara kalau ingin dimuat di majalah atau koran, ya harus mengirimkannya ke sana
Pertanyaan 5 :
Bagaimana membuat cerita anak yang tidak terkesan menggurui anak (dennis, Jogjakarta)
Jawaban :
Buatlah cerita senatural mungkin. ketika ingin memberi nasihat, tidak selalu wajib lewat narasi atau dialog, tetapi bisa melalui tindakan si tokoh. Misal, mau membari contoh perbuatan yang baik
Pertanyaan 6 :
Terimaksih kak. Materi awal yang menggugah dan membuka wawasan. Kak boleh tau. Kuncinya agar ide2 menulis cerita anak terus mengalir apa ya. (Maria, Sorong)
Jawaban :
Sering-sering;ah dekat dengan kehidupan anak-anak. Kalau sudah dekat, biasanya kita peka. Permasalahan apa yang ada pada anak-anak. Apa sih yang dibutuhkan anak-anak.
Pertanyaan 7 :
Saya mau tanya: Mana yang lebih baik untuk cerita anak?
Pemecahan masalah dilakukan oleh orang tua/orang dewasa, atau
Pemecahan masalah dilakukan oleh anak2 walaupun sebatas tingkat pemahaman anak2? (Nurul – Solo)
Jawaban :
Biasanya, dalam cerita anak (saat ini) sangat dihindari keterlibatan orangtua langsung sebagai pemecah solusi. Kalau kita tilik lebih dalam buku-buku lomba kemendikbud, karakternya sama; anak-anaklah pemecah solusinya–tentu dari dia belajar pada orang dewasa atau orangtuanya
Pertanyaan 8 :
Kak bagimana cara mengatasi kebuntutan dalam memilih kosa kata yang pas sesuai level tingkat baca anak. Contohnya pada usia Paud dan TK.Mksh – Maria Sorong
Jawaban :
= memahami tingkatan, Kak. Ada pra membaca, pembaca dini, pembada awal… lalu semakin tinggi
Tingkatan ini meskipun di lapangan nggak sepenuhnya sesuai, tetapi secara garis besar memang harus diikuti.
Kalau pra membaca, ini usia tk-paud; biasnaya buku yang dibuat 80% gambar sisanya teks narasi. Di usia ini, belum ada kosa kata umum, biasanya hanya mengenal warna atau bentuk
usia dini, biasanya 50% gambar dan 50% narasi. Kosakata sederhana, 1 kalimat maksimal 8 kata. 1 halaman maksimal 3 baris
pembaca awal 70% narasi, sisanya gambar. Ini bisa berbentuk paragraf, tetapi kalimat tetap tidak boleh panjang-panjang.
Ini semua cerita bergambar (dalam bentuk buku)
Pertanyaan 9 :
[2:52 pm, 18/08/2019] Redy Kuswanto: Kak bagimana cara mengatasi kebuntutan dalam memilih kosa kata yang pas sesuai level tingkat baca anak. Contohnya pada usia Paud dan TK.Mksh – Maria Sorong
= memahami tingkatan, Kak. Ada pra membaca, pembaca dini, pembada awal… lalu semakin tinggi
Tingkatan ini meskipun di lapangan nggak sepenuhnya sesuai, tetapi secara garis besar memang harus diikuti.
Kalau pra membaca, ini usia tk-paud; biasnaya buku yang dibuat 80% gambar sisanya teks narasi. Di usia ini, belum ada kosa kata umum, biasanya hanya mengenal warna atau bentuk
usia dini, biasanya 50% gambar dan 50% narasi. Kosakata sederhana, 1 kalimat maksimal 8 kata. 1 halaman maksimal 3 baris
pembaca awal 70% narasi, sisanya gambar. Ini bisa berbentuk paragraf, tetapi kalimat tetap tidak boleh panjang-panjang.
Ini semua cerita bergambar (dalam bentuk buku)
[2:56 pm, 18/08/2019] Redy Kuswanto: Saya mau tanya mas gmn caranya buat cerita di mana si anak lebih bisa memahami makna di balik cerita tersebut atau yg melekat dlm diru mereka itu nasihat dr isi cerita trsebut di banding merasa trauma dr akibat yg dilakukan si tokoh antagonis – Salbiah Heremba – Sorong
= Porsi karakter baiknya ditonjolkan, ketimbang memunculkan karakter antagonis. Atau bisa jadi, buat jenis cerita punishment, di mana tokoh antagonis mendapat imbalan. Biasanya, anak akan mengingat, ‘oh, kalau aku begini, akan dapat imbakan begini’.
Pada dasarnya, anak kan memang suka meniru. Anak juga mudah sekali mengingat hal-hal yang mereka lihat/baca/dengar.
Maka, ketimbang menjejali mereka dengan karakter antagonis, bukankah lebih baik kita beri protagonis aja?
[2:57 pm, 18/08/2019] Redy Kuswanto: meskipun pada dasarnya, tokoh antagonis kan memang nggak secara logis ada. Boleh ditampilkan, tetapi porsi punishment-nya atau nilai kebaikannya lebih ditonjolkan
Pertanyaan 10 :
Aria dari Jayapura. Melakukan riset sebelum menulis sangat penting, tetapi saya sering merasa bingung bgm melakukan riset. Bisa tolong dijelaskan lebih lanjut tentang pengalaman kk melakukan riset saat menulis salah satu karya kk? Terima kasih
Jawaban :
Misal saya mau menulis tentang Suweg (tahu nggak suweg)?
Yang saya lakukan antara lain:
– apa itu suweg
– di mana hidupnya
– bentuk fisik (mulai daun hingga umbi)
– Fungsinya
– Efek negatidnya
– dll
jadi, ketika kita menyampaikan informasi melalui cerita, semuanya logis. Nggak ada yang mengada-ngada. Jadi, menulis fiksi pun, harus logis dan mengandung nilai kebenaran
Pertanyaan 11 :
Ada yang bisa membantu mengaliheditkan naskah menjadi naskah anak (Pak Asse Bless)
Jawab
Ada banyak, Pak.
Pertanyaan 12
Jawaban :
Apakah buku anak sebaiknya fiksi ? (roida – sorong)
Tidak.
banyak buku anak yang nonfiksi juga. Contohnya buku aktivitas; mengenal hewan misalnya. Mengenal flora dan fauna, ini kan nonfiksi
**
Pertanyaan 13 :
Dari semua level cerita anak yang telah dipaparkan. Mana yang lebih sulit dan menantang? Pramembaca, membaca dini, atau membaca awal? (Dennis – Yogyakarta)
Jawab :
Semuanya menantang, Kak. Karena di dalamnya tetap memerlukan keseriusan layaknya menulis untuk remaja atau dewasa. bahkan untuk anak harus hati-hati menggunakan kosa kata hehe
**
Pertanyaan 14 :
kakak menjelaskan dalam penulisan buku anak utk pembaca awal maksimal 8 kata. Gimana caranya kita memilih kata yang tepat kak ? (Mei, Sorong)
Jawab :
Dalam menulis di level ini, kita bisa menggunakan kata-kata sederhana, boleh baru tetapi tidak sulit dilafalkan.
Hindari kata yang bersifat bullying, hinaan, atau kasar. Misal: kata jelek, bodoh, kurang ajar dan sebagainya. kalimat juga bisa dibuat berpila/berima.
tetapi kadang justru mempersulit, karena kita terpaku pada rima. Maka sebaiknya menulis saja sesuai yang kita mau dan mudah dipahami
Boleh ini disimpan, barangkali bisa dijadikan panduan
Memahami Jenis Bacaan Anak
* Genre buku anak:
– Baby Books (0-15 bulan): dikhususkan untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan isi cerita berima dan nyanyian sederhana (lullabies dan nursery rhymes), permainan-permainan yang bisa dilakukan oleh pembaca (untuk berinteraksi dengan sang bayi), atau hanya berupa ilustrasi saja tanpa disertai teks cerita. Misal: angka, huruf, mengenal bentuk dll.
– Board Books (1-3 tahun): umumnya berjumlah 12 halaman. Terbuat dari karton tebal yang ringan agar buku tidak mudah rusak ketika dipegang oleh balita. Ilustrasi yang full color dengan teks yang hanya terdiri 1 atau 2 kata saja. Misal: keseharian anak, pengenalan rumah, angka, warna, bentuk, waktu, dan lainnya.
– Picture Books (4-8 tahun): umumnya terdiri dari 32 halaman. Sekitar 1.500. Tokoh cerita hanya satu karakter. ilustrasi besar. Pada picture books nonfiksi bisa berisi lebih dari 2000 kata dengan tebal halaman sampai 48.
– Early Readers (5-8 tahun): dibuat untuk anak-anak yang baru mulai bisa membaca sendiri. Ilustrasi penuh warna. Tebal buku biasanya 24 hingga 64 halaman. Panjang teks 200 hingga 2000 kata. Cerita dalam buku ini disampaikan dalam bentuk aksi dan dialog interaktif yang menggunakan kalimat-kalimat sederhana. Umumnya, satu gagasan per kalimat. Biasanya terdiri atas 2 – 5 kalimat di tiap halaman.
– Transtition Books (6-9 tahun): merupakan penghubung antara genre early readers dan chapter books. Panjang naskah lebih banyak dibanding early readers. Sekitar 30 halaman yang dipecah menjadi 2-3 halaman per bab.
– Chapter Books (7-10 tahun): tebal 45 hingga 60 halaman yang dibagi dalam 3-4 halaman per bab. Ceritanya lebih padat dibanding genre transtition books. Umumnya, berkisah tentang petualangan. Kalimat kalimatnya mulai kompleks, tetapi paragraf yang ditulis pendek rata 2 – 4 kalimat). Ciri dari chapter books adalah cerita yang ditulis di akhir bab dibuat menggantung.
– Middle Grade Books (9-12 tahun): panjang sekitar 100 – 150 halaman. karakter tokoh mulai beragam dan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita, ceritanya mulai beragam, dan plot semakin kompleks. Tema cerita buku ini pun cenderung modern.
**
Pertanyaan 15 :
Apakah dalam.menulis cerita anak kita hrs selalu menentukan segmen umur dulu baru menulis ceritanya? Ataukah menulia ceritanya dulu baru tentukan segmen ceritanya? Dan apa yang tidak boleh dalam menulis cerita anak (Rona- Sorong)
Jawab :
Menentukan segmen umur dulu, Kak. Baru menulis yang sesuai
Tadi sudah disinggung diatas, Kak.
Beberapa di antaranya; kata-kata kasar, makian, bullying (ini dinamakan kekerasan verbal).
**
Pertanyaan 16 :
Paling panjang berapa paragraf jika akan dikirim ke koran atau majalah? Agar tdk kepanjangan. (Rona – Sorong)
Jawab :
Jenis cerita yang kita baca di koran/majalah, biasa disebut cernak realis. Di mana ceritanya banyak terjadi di sekitar
Cara Membuat Kerangka Cerita
* Beginning: Permulaan masalah yang akan dibahas
-Set up: Ingin jadi penyanyi, tetapi tidak boleh.
* Middle: Masalah mulai berlangsung.
– Raising Action: Masalah semakin naik hingga ke klimaks.
– Klimaks: klimaks muncul menuju ending.
* Ending
– Falling Action: Plot menurun menuju ending.
– Ending
Tpis keika menulis cergam
– Usahakan tidak dobel informasi, misalnya dalam hambar anak dan orangtua pergi ke laut. Dalam narasi ditulia “Adi pergi ke laut’ Ini harus dihindari.
– Gambar dan tulisan, menjadi satu kesatuan yang sama-sama menyampaikan informasi.
– Berbahasalah sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami.
**
Pertanyaan 17
Sejauh pemahaman mas Redy. Saat ini tema apa yang sedang gencar dan menarik untuk dijadikan cerita anak atau yang paling sering lolos di GLN? (Dennis, Jogjakarta)
Jawab :
Yang ke-Indonesiaannya dapat banget. Ceritanya memberikan informasi kepada pembaca, bisa saja karena temanya jarang diangkat
Tips lolos lomba:
– Taat pada peraturan juknis
– Cari tema yang kira-kira nggak diambil orang lain
– Buat tampilan buku yang bisa menarik perhatian juri; jangan biasa-biasa saja
Tips Menulis Cerita Anak
– Menjadi seperti anak; berbahasa, berimajinasi, dan berada dalam dunia mereka, sambil tetap berusaha memperkenalkan nilai-nilai kebaikan yang baik bagi anak.
– Mempunyai; daya khayal yang tinggi, kenangan tentang masa kanak-kanak, ide yang segar, gaya menulis yang bagus, tingkat keterbacaan naskah yang tinggi dan keinginan selalu berbagi cerita.
– Harus mengerti apa yang disukai anak-anak dan tidak.
– Memiliki kemampuan membuat tulisan yang segar dan tidak menggurui.
Kebanyakan dari kita, ingin menulis sebagus mungkin, maka memakailah basa sesuai imajinasinya. Tetapi pada kenyatanya justru tulisannya terlalu tinggi, susah dipahami dan tidak disukai anak-anak.
**
Pertanyaan 18 :
Kak mgkn ini pertanyaan out of topic,
biasanya kan kak kalo kita menulis cerita anak bergambar, ada yg hanya bisa menulis dan ada yg hanya bisa menggambar saja.
Bagaimana caranya kak Redy bisa mempertemukan penulis dan ilustrator ?
Terus mengkomunikasikannya biar effektif itu gimana kak ? (Meilanie Osok – Sorong)
Jawab :
kalau saya, buat outline ceritanya dulu, Kak.
Dalam outline ini, saya memposisikan narasi sudah berada dalam lembar bergambar. maka, ketika kita menuliskan ceritanya, kita juga merancang keseluruhan halaman
Contoh: cerita jalan-jalan ke pantai
– halaman 1 (spread)
– Suasana cerita: Adi, 7th (memakai kaus merah dan celana kembang-hembang kuning), digandeng oleh ayah 40 th (memakai kaus hijau dan celana hitam, memakai topi, berkacamata.
-posisi tulisan di kiri atas
liburan telah tiba
Adi mengajak ibu dan ayah
wah… tamasya!
**
Pertanyaan 19 :
Saya mau tanya mas gmn caranya buat cerita di mana si anak lebih bisa memahami makna di balik cerita tersebut atau yg melekat dlm diru mereka itu nasihat dr isi cerita trsebut di banding merasa trauma dr akibat yg dilakukan si tokoh antagonis – Salbiah Heremba – Sorong
Jawab :
= Porsi karakter baiknya ditonjolkan, ketimbang memunculkan karakter antagonis. Atau bisa jadi, buat jenis cerita punishment, di mana tokoh antagonis mendapat imbalan. Biasanya, anak akan mengingat, ‘oh, kalau aku begini, akan dapat imbakan begini’.
Pada dasarnya, anak kan memang suka meniru. Anak juga mudah sekali mengingat hal-hal yang mereka lihat/baca/dengar.
Maka, ketimbang menjejali mereka dengan karakter antagonis, bukankah lebih baik kita beri protagonis aja?
meskipun pada dasarnya, tokoh antagonis kan memang nggak secara logis ada. Boleh ditampilkan, tetapi porsi punishment-nya atau nilai kebaikannya lebih ditonjolkan
Banyak cara dan metode bagaimana membuat erita anak, namun tidak ada cara dan metode yang lebih baik selain menuliskannya.
Terima kasih
*
Kelas cerdas ini diselenggarakan oleh Bukuntukpapua, sebuah inisiatif yang telah berdiri sejak 2012 dengan tujuan mendukung ruang baca dan mengkampanyekan pentingnya literasi di Papua.
Kelas ini juga didukung oleh Forum Literasi Sorong Raya dan Forum TBM Sorong, forum yang mendukung dan menghubungkan banyak sekali komunitas literasi di Sorong.
Kami ucapkan terima kasih kepada Mei Osok, pendiri Ruang Baca Keik Tsinagi yang juga menjadi moderator kali ini, terima kasih banyak semuanya.a